Tanpa niat dan diperintahkan saja mataku sedetik demi detik
selalu melirik kearah display handphone, berharap ada nama yang diharapkan akan
muncul didalamnya.
Yak. Sudah lama aku merindukan masa itu. Merindukan masa-masa
dimana awal sosok pria yang tergolong jantan menurutku mulai menunjukan
usaha-usahanya agar mampu terlihat berbeda dari pria yang lainnya oleh si itik
buruk rupa, Aku. Usaha demi usaha perlahan muncul.
Aku pun mulai mengagumi tanpa alasan apapun, saat aku anggap
usahanya sudah terlalu besar untukku. Aku kagumi sedemikian rupa, hingga aku
tak mampu mengandai-andai sebesar apa aku mengaguminya. Secarik rindu juga
diam-diam hadir saat gemericik hujan turun, rindu akan beberapa pesan singkat
yang mampu membuat garis-garis senyum di wajahku.
Hai..
Bisa aku bertanya padamu?
Seperti apa kau menginginkanku hingga kau rela melakukan
apapun hanya demi aku?
Mengapa kau tak pernah berkata lelah meskipun kau sudah
berkali-kali melewati beberapa labirin pengabaian milikku?
Sebenarnya itu bukan labirin pengabaian, hanya saja aku
ingin melihat seberapa jauh usahamu untuk membuatku kagum dan hingga akhirnya
aku tunduk seperti ini.
Kini sudah lama tak kulihat lagi pemandangan menakjubkan
itu. Menakjubkan kubilang? Iya, menakjubkan. Bagaimana tidak, sosok mana yang
mampu menahan kekagumannya pada sosok yang rela melakukan apapun hanya demi
membuat si itik buruk rupa tersenyum bahagia?
Mengapa waktu itu kau memilih aku si itik buruk rupa untuk
menjadi alasan-alasan atas seluruh semua bahagia yang kau ciptakan?
Bukankah diluar sana banyak angsa-angsa cantik nan menawan
yang lebih cantik dari aku?
Mengapa kau selalu berusaha untuk meyakinkan aku bahwa kau
memang memiliki perasaan itu untukku? Iya, cinta.
Ah sepertinya pertanyaan-pertanyaan itu sudah kadaluarsa dan
jatuh tempo. Sudah tak pantas lagi dipertanyakan dan sudah tak layak lagi untuk
ku lontarkan. Usaha-usahanya untuk sang itik pun pupus. Apa karena ia sudah
merasa puas karena sang itik buruk rupa sudah mampu tunduk padanya?
Usaha-usahanya kini tak lagi sebesar waktu itu, hampir bisa
dibilang punah. Apa ia sudah terjerembab tombak ditengah hutan saat
menyelamatkan si itik buruk rupa dalam hutan kegelisahan?
Benar-benar sudah sulit untuk menemukan sosok itu. Tak ada
lagi mungkin.
Selalu ada rasa enggan untuk mengatakan aku tak
mencintainya. Entahlah! Segalanya nampak tak pasti, usahanya pupus dan habis
diterjang.
Dan hingga saat ini aku masih bungkam..
Mengingatmu dalam diam. Biar mimpi yang berbicara tentang si
itik buruk rupa yang sibuk mencari sosok itu lagi.
Masih mampukah aku menyentuhmu dalam rindu yang mengurai
tentang usaha-usahamu di kala itu? Atau hanya menyematkan rindu cukup sampai
disini? Ah, tetap saja aku berharap agar kamu jangan pergi.
Apa aku percuma menunggu pesan-pesan singkatmu di kala itu
hadir lagi di display ponselku saat ini, iya sekarang. Aku tak kuasa lagi mentahtakan
segala perasaan atas nama rindu, ini sudah lebih dari kata rindu.
Dari aku, yang selalu melihatmu dari sudut kenangan. Tersenyum,
lalu terdiam.
Twitter: @Lya_cahyanth
good for information
ReplyDeleteVisit Us