Aku memang suka keramaian, ramai banyaknya orang lalu lalang
berpergian bukan ramainya orang lalu lalang dengan berbagai belanjaan yang
mereka kayuh dikedua tangan mereka. Aku bukan tipe orang yang cinta sekali
dengan belanja ataupun shopping. Aku lebih senang traveling, jalan-jalan ke
setiap sudut menikmati pemandangan yang sudah disediakan Tuhan untuk dipelihara
serta dinikmati hamba-hambaNya. Ah abaikanlah basa-basiku ini, aku terlalu
banyak basa basi untuk menuliskan sebuah bait. Sudahlah..
Aku disini, sendiri, diujung tapak ruang tunggu, dengan
semilir angin yang berhembus dari segala arah yang membuat pakaianku berkembang
seolah angin itu merasuk. Dengan getaran-getaran kendaraan raja ketika ia ingin
lewat, dengan tiupan-tiupan peluit sang petugas yang memperingatkan para
pengunjung untuk berhati-hati dan tidak melewati jalur yang ingin dilewati sang
Raja Ular Besi. Bisa kau tebak tempat ini? Ya, stasiun kereta api.
Aku tak pernah bosan untuk ke tempat ini. Bagaimana tidak? Ini
adalah kecintaanku. Tempat paling nyaman untukku, tempat indah yang selalu
menemani saat aku sedang merasa gundah.
Ketika sang Raja Ular Besi melintas, angin mendadak seperti
perampok. Perampok yang lari kencang dan membawa segala ceritaku yang ingin
kutuang disini. Ia seolah tahu dan paham apa yang aku rasa, dengan laju yang
cepat dan suara gemuruh seolah membuatku seperti terhipnotis dan tenang untuk
menikmatinya.
Hai Train..
Gagahmu memang beda dari yang lain. Kau tahu? Seseorang yang
gagah disana, yang mengakui bahwa ia mencintai aku membuat aku merasa jatuh
tertimpa bermilyaran ton. Entah aku yang berlebihan, atau memang begini
sakitnya.
Train..
Dulu aku mengagumi dia juga. Tapi aku bodoh! Aku tak berani
mengungkapkan. Aku tak berani banyak bicara. Aku hanya diam, diam, dan diam,
menikmati dan mengamati segaa perjuangannya yang ia lakukan untuk meraihku.
Train..
Tahukah kamu? Dia sangat hebat loh. Hebat sekali! Dia berhasil
membuatku seolah terhipnotis agar aku selalu tertuju padanya, sama sepertimu. Dia
berhasil membuatku selalu mencari saat dia tak lagi ada dihadapanku.
Train..
Aku bingung..
Kini sosok itu sudah memiliki kecintaannya sendiri. Dia pun
sangat mencintainya. Entah bagaimana cintanya padaku kini. Dia pernah berkata “Aku
akan membuatmu nyaman didekatku, aku sayang padamu, dan aku akan lakukan apapun
untuk membuatmu bahagia”. Jika diingat memang sedih dan mengharukan,
perjuangannya tak hanya sebentar, tapi lama. Sangat lama. Dia tak hanya
mencintai kecintaannya itu, tapi mecintai aku juga. Apa itu adil? Dia melakukan
apapun agar ia tak kehilangan satu dengan satu yang lainnya. Sakit memang
rasanya. Bagaimana tidak? Wanita mana yang tak sakit hati bila tahu dan harus
memahami bahwa kesayangannya juga mencintai oranglain?
Train..
Kini sosok itu mulai acuh. Sepertinya kadar perjuangan yang
sudah ia lakukan sudah berkurang, tak sebesar dulu. Mungkin ia akan marah saat
aku berkata “Kau mulai berbeda, kau bukanlah kau yang dulu”, kenapa aku tahu? Ya
karena aku pernah mencoba mengatakannya, dan ia menjawab “Mengapa? Bila kau
masih ragu padaku, silahkan pergi dari hidupku”. Pernyataan yang sulit
kuterima. Apa semudah itu pergi dari hidupnya?
Setelah sekian lama berjuang untukku dan berhasil meraih
hatiku, lalu ia katakan dan menyilahkan aku pergi dari hidupnya saat aku sudah
terjerembab didalam penjara perasaan yang begitu dalam?
Siapa yang jahat?
Tak sedikitpun aku ingin berprasangka bahwa ia jahat. Ia baik,
perhatian, rupawan, ia bertanggung jawab, dan aku salut. Tapi apa sebegini
tersiksanya mencintai sosok itu?
Train..
Aku rindu masa-masa perjuangan sosok itu. Tapi aku tak bisa
melakukan banyak hal sekarang, ia sudah memiliki kecintaannya sendiri. Aku juga
tak bisa menyakiti perasaan orang lain. Kadang, bila aku sedang bersama ia dan
kecintaannya, aku lebih memilih untuk sendiri daripada menyaksikan apa yang
membuat hatiku sakit. Aku lebih mampu membiarkan kecintaannya itu bahagia
bersamanya, karna aku merasa aku lebih kuat dan mampu menerima semuanya. Aku harus
meyakinkan diriku sendiri bahwa aku ini kuat dan tak lemah.
Train..
Aku tak bisa melihat ia sedih, aku tak bisa membiarkan ia
dalam kesulitan. Dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri “Bila ia memang
sedang bahagia dengan kecintaannya, aku akan membiarkannya dan mengabaikan
bagaimana perasaanku (meski sakit diacuhkan). Dan bila ia sedang jatuh dan
merasa sulit dengan apa yang ia hadapi, aku akan selalu datang dan mencoba
membangkitkannya. Aku tak akan membiarkan ia berada dalam kesulitannya
sendirian”.
Biarkan cukup aku yang merasakan sakitnya, jangan dia.
Biarkan cukup aku yang merasakan diabaikan, jangan dia.
Biarkan cukup aku yang merasakan jatuh, jangan dia.
Karena aku tahu dan paham, kau pantas bahagia..
0 comments:
Post a Comment