Gemerusuk
suara tempat empuk nan penuh boneka, ya.. dimana lagi kalau bukan dikamarku. Tempat
yang ku anggap ternyaman sedunia, yang mampu merampok segala semangatku dan
membuat aku bermalas-malasan di tempat itu. Suasana kamar memang tak asing
lagi, sangat kenal dekat, saaaaaangat dekat..
Sejenak
melirik gadget yang baru saja ku cabut dari kabel pengisian dayanya. Ku nyalakan
dan ku buka kuncinya. Ah, (kecewa) rasanya. Lagi-lagi tak ada pesan masuk. Ah,
lucunya. Aku kan tak punya kesayangan, wajar saja bila gadget sepi.
Aku
terbangun beranjak ke koridor untuk menghirup segarnya pagi, menatap indahnya
mentari yang masih terlihat pucuk cahayanya seperti malu untuk tampak dibalik
langit yang masih biru kegelapan.
Naluriku
sejenak seperti beradu, menimbulkan percakapan demi percakapan dengan diriku
sendiri. Mengenai persahabatan, mengenai perasaan yang muncul mungkin karena
terbiasa, mengenai sikap diam-diam yang ku ciptakan agar tak ada seorang pun
yang tau, dan mengenai pengabaian (lagi).
Srekkk! Suaraku duduk diatas genting dengan menaruh kedua
tanganku ke lutut, dan menciptakan posisi nyaman dan tenang sambil memandangi sejuknya
langit.
Fikiranku melayang..
Seseorang
seperti muncul ditengah gelapnya langit di pagi itu, dengan wajah manis dan
perawakan tinggi tegap. Sebut saja Taksaka, iya dia sahabatku. Salah satu
sahabat terbaikku di kampus. Yang selalu mengerti perempuan, selalu bersikap
manis pada perempuan, dan mungkin banyak perempuan yang terlena akan sikap
perhatiannya dan menganggap lebih perhatiannya itu.
Pernah
di suatu saat, saat diri ini butuh kehangatan. Dimana suasana saat itu
sangatlah dingin mencekam, maklum saja saat itu sedang berada di Kota Malang. Kita
sedang berlibur, ya aku, Taksaka, Parah dan Bima. Kami bersahabat sejak
pertemuan kelas di kampus. Kita berlibur di Malang, mengelilingi tempat wisata
Kota Malang tepatnya. Saat itu kita pulang sangat larut, jam 1 dini hari
tepatnya. Di perjalanan sudah agak sepi, namun masih ada saja orang yang
berlalu lalang. Udara dingin berhasil merasuk membius pori-pori kulitku
menembus jaket yang aku kenakan.
“dingin ya ca?” tanya
Taksaka. Ya, namaku Sancaka dan biasa dipanggil dengan sebutan “Nca”. Saat itu
aku dibonceng Taksaka menggunakan sepeda motor, sedangkan Parah dibonceng Bima.
Parah dan Bima berada jauh di belakangku.
“iya Sak, lo gak
ngerasa dingin apa? Lo kan didepan” balasku.
“dingin juga lah, kalo
lo kedinginan peluk aja ya”
“ha?”
“iya peluk, peluk
knalpot maksudnya haa..haa..haa..”
“iya ya, langsung panas
yaa Sak -,- rese lo gak ilang-ilang ya huh”
“haa..haa.. yaudah
tangan lo masukin ke kantong jaket gua aja biar ngurangin dinginnya”
“becanda lagi ga nih?”
“engga lah, daripada lo
sakit nanti ca. Masa sakit sih, kan ga seru..”
“ooh oke, makasi Saka
ganteeeeng..” cubitku dan kemudian memasukkan kedua tanganku kedalam saku
jaketnya.
Sikap
Saka ini memang sangat sweet padaku. Dia
memiliki prinsip kalau menyikapi perempuan itu harus lembut dan halus. Ya seperti
tadi yang ku bilang, banyak perempuan yang menyalahartikan perhatiannya. Aku sendiri
termasuk perempuan yang sangat nyaman dengannya. Bagaimana tidak? Tiap kali aku
membutuhkan apa yang berhubungan dengan kenyamanan, dia pasti hadir untuk
melengkapi. Ah, sial. Saka pun memiliki gebetannya sendiri, Azkia namanya. Tapi
entah Azkia memiliki perasaan yang sama atau tidak padanya. Logat bicara Saka
memang agak jutek, tapi juteknya itu yang membuat cool sendiri dilihatnya.
Ada lagi saat aku
sedang sakit karena lenganku patah akibat menabrak trotoar. Saat makan siang,
Saka datang membawa makanan untukku.
“nih makan!” suruh
Saka.
“lo nyuruh siapa? Pembantu
apa gua? Hih” ketusku.
“yaudah si yaudah, gitu
aja ngambek. Jelek lo ah, makan nih”
“asikkk daaah makan,
haha tau aja lo kalo gua lagi laper”
“haa..haa.. iya dong,
bisa makannya gak? Itu tangan lo luka begitu, sini gua suapin aja ya”
“asikkk lagi haa..haa..
yaudah iya”
Disetiap
suapan-suapannya sesekali aku memandang matanya, melihat ketulusan dan
kepeduliannya padaku. “Ah, sial” gerutuku dalam hati. Seringkali Saka membuat
aku seolah seperti perempuan paling beruntung didunia ini, tapiii???? Ah! Aku berfikir
ulang lagi, dia mengejar Azkia. Huh aku kan hanya sahabatnya -,-
Semakin
lama semakin ada saja hasrat yang menggebu-gebu dalam hati. Setiap isengan
Saka, setiap senyuman yang diberikan darinya, setiap kenyamanan yang diberikan
darinya juga itu membuat aku yang semakin lama merasakan hal yang aneh dan
selalu bergetar dihati. Cinta! Ah, cinta lagi.
Aku
yakin aku akan diabaikan saat aku jujur akan hal ini. Entah keyakinanku itu
benar ataupun tidak, tapi aku tetap tidak ingin kedekatan dan kenyamananku ini
hilang. Aku selalu memberikan solusi terbaik dan semoga membuatnya bahagia saat
ia bercerita tentang Azkia. Aku berusaha menutupi segala perasaan yang ada. Aku
tak boleh egois, dan aku akan mengutamakan kebahagiaannya.
“Ncaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa mandi, kuliah” teriak Ibuku
memanggil dari lantai bawah yang membuyarkan segala lamunan dan pandanganku.
Saka???..
Ah!
Tuhan, salahkah aku ini?
Terdiam atas segala
perasaan yang mungkin takkan pernah terwujud. Mungkin.
Twitter: @Lya_cahyanth
0 comments:
Post a Comment