Pada Tahun 1994, di sebuah Desa yang bernama Desa
Tawangrejo terdapat di Kota Ngawi tepat pada tanggal 1 Juli lahirlah seorang
gadis mungil anak pertama dari perut sang ibu. Seperti bayi lainnya, bayi itu
lahir dengan isak tangis yang membuat kedua orang tuanya tersenyum bahagia. Lia
Nurcahyanti, yaa itu adalah namaku. Nama yang sudah diberikan ayah dengan penuh
arti yaitu, “Lia”
yang berarti singkatan dari Juli Awal, “Nur”
yang berarti cahaya, “Cahyanti”
yang berarti cahaya yang terang benderang, artinya adalah Juli Awal yang
memiliki cahaya yang terang benderang. Indah sekali arti dari nama itu, terima
kasih ayah, terima kasih ibu yang sudah melahirkan aku ke dunia ini. Masa
kecilku tidak lepas dari pengawasan kedua orang tuaku. Dahulu aku hidup sangat
sederhana, di rumah sewa kecil dengan satu kamar, satu dapur dan kamar mandi
umum karena digunakan bersama, maklum tempat terpencil.
Beranjak balita, aku sudah bisa berjalan dan
berceloteh meskipun tata bicaraku susah dimengerti namun ibu tetap senang
mendengarkannya karna ku sudah bisa memanggil namanya “Ibu”.
Masa-masa itu aku masih sangat senang berlari-lari karena aku bangga aku sudah
bisa berjalan setelah sekian lama aku berlatih dengan gandengan ayah yang slalu
menatihku.
Ketika aku berusia 6 tahun aku mulai memasuki jenjang
pendidikan kanak-kanak, disertai dengan mengikuti pengajian didekat rumah sewa
yang aku singgahi. Jarak sekolah Taman Kanak-kanak dari rumahku cukup jauh,
melewati beberapa gang dan menyebrang jalan raya yang cukup besar. Tak lepas dari
pengawasan orang tuaku, aku selalu diantar ke sekolah karna orang tuaku
khawatir. Di sekolah, aku banyak mendapat pengetahuan. Semula aku hanya bisa
bicara tanpa ku tau bagaimana tulisannya, namun di sekolah ini aku diajarkan
menulis. Di sekolah ini pun aku mulai menjajakan untuk bernyanyi dan menari,
entah lah aku memang senang dengan hal itu. Aku mengikuti beberapa perlombaan
antar sekolah Taman kanak-kanak, pertama kali aku pentas aku kecewa dengan
diriku sendiri. Aku kalah, aku tak bisa menyentuh piala emas indah yang
dikhususkan untuk pemenang pertama. Aku menangis tak henti karna aku kesal
mengapa bukan aku yang menang. Kemudian ada pentas seni antar sekolah Taman
Kanak-kanak se-Jakarta dalam rangka Hari Ulang Tahun TMII ke-25, dan akhirnya
aku bisa jadi pemenang. Bahagianya aku bisa membuat ibu yang selalu
mendampingiku dibawah panggung itu membuat tersenyum bangga atas kemenanganku,
aku dapat juara 1 dalam hal menari dan juara 2 dalam hal bernyanyi. Hal itu ku
susul dengan prestasi juara 2 menari Se-Jabotabek. Bangga yang kumiliki, ha ini
tak lepas dari pengajaran yang sudah diberikan dari orang-orang yang sudah
berperan di sekolah TK-ku ini.
Setelah aku lulus TK dengan hasil yang membanggakan
menurutku, aku masuk ke jenjang berikutnya yaitu Sekolah Dasar. Di sekolah ini
berbeda dengan sekolah TK-ku sebelumnya, pelajaran yang begitu banyak dan cukup
membuatku semakin rumit menurutku. Matematika yang awalnya ku tau hanya tambah
dan kurang, di sekolah ini aku menemukan perkalian dan pembagian yang hasilnya
terkadang membuatku bingung karna terletak tanda koma (,). Perjalanan menuju
sekolahku cukup dekat dan akupun sudah tak diantar lagi, bahkan terkadang aku
membawa sepeda ke sekolah. Meskipun terkadang aku lupa jika aku membawa sepeda
namun ketika ku pulang kerumah, sepedaku masih di sekolah dan akupun terpaksa
kembali ke sekolah untuk mengambilnya lagi. Di sekolah dasar aku menemukan arti
pertemanan yang dekat. Masa-masa ini aku masih belum mengerti apa itu pacaran,
tapi lain hal dengan kawan-kawan sebayaku. Mereka terkadang sembunyi-sembunyi
pergi ke kanti yang padahal ingin menemui pacarnya. Ah, tak penting juga
untukku lagipula masa depanku masih panjang. Untuk apa memikirkan hal itu, aku
masih SD. Di sekolah ini aku memfokuskan agar aku mengerti tentang kesenian.
Aku senang berbagai hal yang tak jauh dari kesenian. Sering aku mengikuti lomba
menggambar. Aku pun mengikuti beberapa ekstrakulikuler seperti menari dan
pramuka. Dua hal itu sudah menjadi kefokusanku di sekolah pada hari Sabtu.
Latihan, latihan dan latihan. Yaa, itu yang aku lakukan sepulang sekolah di
hari Sabtu. Mengikuti beberapa perlombaan pramuka antar sekolah Se-Bekasi sudah
ku ikuti dan kelompokku mendapat juara 2.
Berlanjut ke masa Sekolah Menengah Pertama (SMP), aku
bersekolah di sebuah sekolah yang menjunjung tinggi dan mengajrkan tentang
agama. Yaa, layaknya seperti pesantren namun bukan. Di sekolah ini aku belajar
bahasa baru, bahasa Arab. Aku senang bahasa itu, lagipula guru yang
mengajarkannya pun asyik. Di sekolah itu membuat aku semakin rapat dalam
berpakaian saat ke sekolah. Aku mulai berjilbab ke sekolah karna diwajibkan dan
termasuk peraturan sekolah. Di sekolah itu sangat mengajarkan agar aku dan
kawan-kawanku sebagai murid untuk berani berbicara didepan umum seperti ceramah.
Setiap hari Rabu pasti bergiliran murid-murid maju menyampaikan isi ceramah
yang sudah di persiapkan oleh murid itu sendiri. Sebelum dimulai pun pastinya
diawali dengan pembacaan ayat Al Qur’an
atau biasa disebut tilawah. Sekolah ini berstandar Internasional, jadi tak
heran pula bila para guru berbicara dengan bahasa asing. Diakhir tahun, para
murid diwajibkan untuk menghafal satu juz
Al Qur’an untuk memenuhi syarat kelulusan.
Dan kemudian aku beranjak ke SMA. Aku bersekolah tak
lepas dari sekolah yang mengutamakan agama. Di sekolah ini tingkat 2 aku masuk
ke jurusan IPA. Jurusan yang sulit dipahamii karena [elajarannya lebih rumit
dan semakin susah. Di masa-masa ini, semua mulai bergejolak dan berbeda. Tak
seperti masa-masa TK, SD dan SMP. Masa ini masa-masa yang menyulitkan dan harus
mampu mendewasakan diri dalam menghadapi berbagai masalah yang ada pada jajaran
remaja umumnya. Aku tak perlu biacara panjang-lebar karna pasti bisa memahami
apa yang ku maksud.
Dan saat ini aku sudah lulus dan baru saja masuk ke
perguruan tinggi. Di perguruan tinggi
aku memutuskan untuk mengambil fakultas Tehnik Industri dengan jurusan Tehnik
Informatika. Menemukan kawan baru yang tak pernah ku kenal sebelumnya, ada yang
transmigran dari wilayah yang lain juga. Kuliahku saat ini aku berharap agar
aku bisa menyusun masa depanku nanti dan semoga saja apa yang terbaik itu
menjadi nasib baikku. Amiiin ~
0 comments:
Post a Comment