Thursday, November 14, 2013

Seiringnya waktu, semua itu pudar (The End)

(Lanjutan dari: Seiringnya waktu, semua itu pudar (Part 1) )

Semakin lama dan semakin ku perhatikan, memang benar ternyata dugaanku. Kau sudah mulai menemukan kenyamananmu yang baru. Yang selalu ada didekatmu pastinya..

Hai kamu sang penopang saatku terjatuh..
Tidakkah kamu ingat dengan ucapan-ucapan manismu saat itu?
Saat kau mengatakan dengan nada manismu, "Aku pasti akan memahamimu lebih dalam, begitupun juga dengan kamu kan? Kamu juga pasti merasakan hal yang sama denganku. Iya kan?" Saat itu aku hanya mampu menyimak seluruh kata-kata manismu itu. Aku nikmati kalimat demi kalimat yang kau tuturkan dan sangat membawa aku dalam kenyamanan.

"Kamu kedinginan?" tanyamu saat aku mulai merengkuh dengan jaketku didalam bioskop saat itu.
"Ehmm enggak kok", jawabku sambil memberi senyuman kecil padamu.
"Ah, bohong! Itu buktinya jaketnya dipeluk erat, mau pakai jaketku?" tanyamu padaku. Sesekali aku memandangmu saat bicara padaku. Tatapanmu itu.. membawa aku pada lorong kenyamanan dan membuat aku yakin bahwa matamu berbicara padaku agar memberi kenyamanan itu.
"Ah engga" tolakku sambil meneruskan menyaksikan film yang saat itu sedang diputar.

Entah perasaan itu, tapi aku merasa senang ketika kau bertanya seperti tadi. Rasanya ingin sekali ku rekam pertanyaan demi pertanyaan yang kau ungkapkan tadi..

Ahh!!
Kini semua sudah berbeda..
Kau dan kenyamananmu yang baru juga pasti lebih membuatmu lebih nyaman daripada bersamaku bukan?
Apalagi kenyamananmu yang saat ini hadir itu hampir sama dengan kenyamananmu di masa lalu.

Aku tak pernah memaksa agar kau merasakan hal yang sama dengan apa yang aku rasakan..
Aku juga tak pernah memohon agar kau mampu menjadikan aku sebagai kenyamananmu..
Aku pun juga tak pernah ingin memintamu agar kau selalu terus bersamaku..
Kau berhak bahagia bukan? Iya, berhak!!

Sedikit kecewa memang perasaaku untuk menyaksikan semua penantian ini.
Menanti yang ku harap datang, tapi yang diharapkan sudah memilih tikungan lain dan mengharapkan yang lain..
Menanti yang ku kira dia berusaha, ternyata usaha yang dia lakukan hanya bersifat seperti satu detik. Cepat, saaaangat cepat..

Tak apalah..
Kamu berhak bahagia meskipun tanpaku..
"Aku juga akan bahagia melihatmu bahagia" Iya, itu ungkapan yang selalu diungkapkan oleh seseorang saat ia kehilangan seseorang yang disayanginya bukan? Yang padahal manusia mana yang rela kesayangannya bahagia bersama orang lain. Iya tidak? Hemm..
Tapi ya memang seperti itu yang harus diterima, mau tidak mau tapi harus!
Kebahagiaan sudah diatur Tuhan, dan aku yakin mungkin kebahagianku masih disembunyikan oleh-Nya.
Aku selalu berharap kau mampu terus bahagia dan takkan pernah merasakan sakit sesakit ini (hati), karena tak ada seorang pun yang tak menangis saat hati sudah terluka. Semoga saja..

Karena aku tak pernah ingin melihatmu gundah, dan selalu menginginkan kebahagiaanmu
Walau tanpa diriku..

Twitter: @Lya_cahyanth

0 comments:

Post a Comment