Saturday, June 7, 2014

Sepertinya Sudah Punah



Tanpa niat dan diperintahkan saja mataku sedetik demi detik selalu melirik kearah display handphone, berharap ada nama yang diharapkan akan muncul didalamnya.

Yak. Sudah lama aku merindukan masa itu. Merindukan masa-masa dimana awal sosok pria yang tergolong jantan menurutku mulai menunjukan usaha-usahanya agar mampu terlihat berbeda dari pria yang lainnya oleh si itik buruk rupa, Aku. Usaha demi usaha perlahan muncul.

Aku pun mulai mengagumi tanpa alasan apapun, saat aku anggap usahanya sudah terlalu besar untukku. Aku kagumi sedemikian rupa, hingga aku tak mampu mengandai-andai sebesar apa aku mengaguminya. Secarik rindu juga diam-diam hadir saat gemericik hujan turun, rindu akan beberapa pesan singkat yang mampu membuat garis-garis senyum di wajahku.

Hai..
Bisa aku bertanya padamu?
Seperti apa kau menginginkanku hingga kau rela melakukan apapun hanya demi aku?
Mengapa kau tak pernah berkata lelah meskipun kau sudah berkali-kali melewati beberapa labirin pengabaian milikku?
Sebenarnya itu bukan labirin pengabaian, hanya saja aku ingin melihat seberapa jauh usahamu untuk membuatku kagum dan hingga akhirnya aku tunduk seperti ini.

Kini sudah lama tak kulihat lagi pemandangan menakjubkan itu. Menakjubkan kubilang? Iya, menakjubkan. Bagaimana tidak, sosok mana yang mampu menahan kekagumannya pada sosok yang rela melakukan apapun hanya demi membuat si itik buruk rupa tersenyum bahagia?

Mengapa waktu itu kau memilih aku si itik buruk rupa untuk menjadi alasan-alasan atas seluruh semua bahagia yang kau ciptakan?
Bukankah diluar sana banyak angsa-angsa cantik nan menawan yang lebih cantik dari aku?
Mengapa kau selalu berusaha untuk meyakinkan aku bahwa kau memang memiliki perasaan itu untukku? Iya, cinta.

Ah sepertinya pertanyaan-pertanyaan itu sudah kadaluarsa dan jatuh tempo. Sudah tak pantas lagi dipertanyakan dan sudah tak layak lagi untuk ku lontarkan. Usaha-usahanya untuk sang itik pun pupus. Apa karena ia sudah merasa puas karena sang itik buruk rupa sudah mampu tunduk padanya?
Usaha-usahanya kini tak lagi sebesar waktu itu, hampir bisa dibilang punah. Apa ia sudah terjerembab tombak ditengah hutan saat menyelamatkan si itik buruk rupa dalam hutan kegelisahan?

Benar-benar sudah sulit untuk menemukan sosok itu. Tak ada lagi mungkin.

Selalu ada rasa enggan untuk mengatakan aku tak mencintainya. Entahlah! Segalanya nampak tak pasti, usahanya pupus dan habis diterjang. 

Dan hingga saat ini aku masih bungkam..
Mengingatmu dalam diam. Biar mimpi yang berbicara tentang si itik buruk rupa yang sibuk mencari sosok itu lagi. 

Masih mampukah aku menyentuhmu dalam rindu yang mengurai tentang usaha-usahamu di kala itu? Atau hanya menyematkan rindu cukup sampai disini? Ah, tetap saja aku berharap agar kamu jangan pergi.
Apa aku percuma menunggu pesan-pesan singkatmu di kala itu hadir lagi di display ponselku saat ini, iya sekarang. Aku tak kuasa lagi mentahtakan segala perasaan atas nama rindu, ini sudah lebih dari kata rindu.

Dari aku, yang selalu melihatmu dari sudut kenangan. Tersenyum, lalu terdiam.

Twitter: @Lya_cahyanth

1 comments: