Tuesday, July 8, 2014

Kau Pantas Bahagia



Aku memang suka keramaian, ramai banyaknya orang lalu lalang berpergian bukan ramainya orang lalu lalang dengan berbagai belanjaan yang mereka kayuh dikedua tangan mereka. Aku bukan tipe orang yang cinta sekali dengan belanja ataupun shopping. Aku lebih senang traveling, jalan-jalan ke setiap sudut menikmati pemandangan yang sudah disediakan Tuhan untuk dipelihara serta dinikmati hamba-hambaNya. Ah abaikanlah basa-basiku ini, aku terlalu banyak basa basi untuk menuliskan sebuah bait. Sudahlah..


Aku disini, sendiri, diujung tapak ruang tunggu, dengan semilir angin yang berhembus dari segala arah yang membuat pakaianku berkembang seolah angin itu merasuk. Dengan getaran-getaran kendaraan raja ketika ia ingin lewat, dengan tiupan-tiupan peluit sang petugas yang memperingatkan para pengunjung untuk berhati-hati dan tidak melewati jalur yang ingin dilewati sang Raja Ular Besi. Bisa kau tebak tempat ini? Ya, stasiun kereta api.

Aku tak pernah bosan untuk ke tempat ini. Bagaimana tidak? Ini adalah kecintaanku. Tempat paling nyaman untukku, tempat indah yang selalu menemani saat aku sedang merasa gundah.
Ketika sang Raja Ular Besi melintas, angin mendadak seperti perampok. Perampok yang lari kencang dan membawa segala ceritaku yang ingin kutuang disini. Ia seolah tahu dan paham apa yang aku rasa, dengan laju yang cepat dan suara gemuruh seolah membuatku seperti terhipnotis dan tenang untuk menikmatinya.

Hai Train..
Gagahmu memang beda dari yang lain. Kau tahu? Seseorang yang gagah disana, yang mengakui bahwa ia mencintai aku membuat aku merasa jatuh tertimpa bermilyaran ton. Entah aku yang berlebihan, atau memang begini sakitnya. 

Train..
Dulu aku mengagumi dia juga. Tapi aku bodoh! Aku tak berani mengungkapkan. Aku tak berani banyak bicara. Aku hanya diam, diam, dan diam, menikmati dan mengamati segaa perjuangannya yang ia lakukan untuk meraihku. 

Train..
Tahukah kamu? Dia sangat hebat loh. Hebat sekali! Dia berhasil membuatku seolah terhipnotis agar aku selalu tertuju padanya, sama sepertimu. Dia berhasil membuatku selalu mencari saat dia tak lagi ada dihadapanku.

Train..
Aku bingung..
Kini sosok itu sudah memiliki kecintaannya sendiri. Dia pun sangat mencintainya. Entah bagaimana cintanya padaku kini. Dia pernah berkata “Aku akan membuatmu nyaman didekatku, aku sayang padamu, dan aku akan lakukan apapun untuk membuatmu bahagia”. Jika diingat memang sedih dan mengharukan, perjuangannya tak hanya sebentar, tapi lama. Sangat lama. Dia tak hanya mencintai kecintaannya itu, tapi mecintai aku juga. Apa itu adil? Dia melakukan apapun agar ia tak kehilangan satu dengan satu yang lainnya. Sakit memang rasanya. Bagaimana tidak? Wanita mana yang tak sakit hati bila tahu dan harus memahami bahwa kesayangannya juga mencintai oranglain?

Train..
Kini sosok itu mulai acuh. Sepertinya kadar perjuangan yang sudah ia lakukan sudah berkurang, tak sebesar dulu. Mungkin ia akan marah saat aku berkata “Kau mulai berbeda, kau bukanlah kau yang dulu”, kenapa aku tahu? Ya karena aku pernah mencoba mengatakannya, dan ia menjawab “Mengapa? Bila kau masih ragu padaku, silahkan pergi dari hidupku”. Pernyataan yang sulit kuterima. Apa semudah itu pergi dari hidupnya?
Setelah sekian lama berjuang untukku dan berhasil meraih hatiku, lalu ia katakan dan menyilahkan aku pergi dari hidupnya saat aku sudah terjerembab didalam penjara perasaan yang begitu dalam?

Siapa yang jahat?
Tak sedikitpun aku ingin berprasangka bahwa ia jahat. Ia baik, perhatian, rupawan, ia bertanggung jawab, dan aku salut. Tapi apa sebegini tersiksanya mencintai sosok itu?

Train..
Aku rindu masa-masa perjuangan sosok itu. Tapi aku tak bisa melakukan banyak hal sekarang, ia sudah memiliki kecintaannya sendiri. Aku juga tak bisa menyakiti perasaan orang lain. Kadang, bila aku sedang bersama ia dan kecintaannya, aku lebih memilih untuk sendiri daripada menyaksikan apa yang membuat hatiku sakit. Aku lebih mampu membiarkan kecintaannya itu bahagia bersamanya, karna aku merasa aku lebih kuat dan mampu menerima semuanya. Aku harus meyakinkan diriku sendiri bahwa aku ini kuat dan tak lemah. 

Train..
Aku tak bisa melihat ia sedih, aku tak bisa membiarkan ia dalam kesulitan. Dan aku sudah berjanji dengan diriku sendiri “Bila ia memang sedang bahagia dengan kecintaannya, aku akan membiarkannya dan mengabaikan bagaimana perasaanku (meski sakit diacuhkan). Dan bila ia sedang jatuh dan merasa sulit dengan apa yang ia hadapi, aku akan selalu datang dan mencoba membangkitkannya. Aku tak akan membiarkan ia berada dalam kesulitannya sendirian”.

Biarkan cukup aku yang merasakan sakitnya, jangan dia.
Biarkan cukup aku yang merasakan diabaikan, jangan dia.
Biarkan cukup aku yang merasakan jatuh, jangan dia.

Karena aku tahu dan paham, kau pantas bahagia..

0 comments:

Post a Comment