Friday, December 13, 2013

Seperti inikah rasanya?

Banyak kata yang mungkin terbuang sia-sia..
Sudah tak tau lagi bagaimana cara agar kamu tau dan menyadari apa yang aku rasakan pada sosok kamu.

Hai kamu yang selalu tersenyum dengan kebahagiaanmu..
Sama sekali tidak sadarkah kamu bahwa ada yang menyayangimu dari jauh?
Apa memang kamu tak pernah peka dengan kata-kata yang seolah menyudutkanmu atas perasaan yang aku rasa?
Aduh bodoh! Kenapa aku harus tanya padamu ya? Kamu saja tak merasakan hal yang sama denganku. Kamu selalu asyik riang dan bahagia bersama mereka sahabat-sahabat baru dan kebahagiaanmu itu.

Kesekian kalinya aku cemburu. Ah, apa iya ini cemburu? Saat kamu bangga dan menunjukkan kebahagiaanmu bersama mereka, aku selalu saja tak turut merasakan atas kebahagiaanmu itu. Apalagi didalamnya terdapat sosok yang mungkin sangat berarti untukmu saat ini.

Dia..
Iya dia, siapa lagi?
Sosok yang membuat aku berhenti berlari untuk menggapai sosok dirimu. Dia yang membuat aku yang awalnya berada diposisi terdepan dan terlihat, hingga diposisi terakhir dan tak lagi terlihat olehmu. Ah dia. Apa-apaan sih, fikirku. Mengapa harus ada dia?
Karena dia sempurna? Iya?
Apa kesempurnaan yang kamu cari?

Lalu..
Saat kita mulai dekat dan seolah kita saling meyakinkan perasaan masing-masing saat itu artinya apa?
Hanya moment sesaatkah?
Atau hanya menghabiskan waktu luangmu untuk mengisi hal-hal yang membuatku terbelenggu dalam perasaan, lalu kau pergi begitu saja? Iya?

Mengapa kau lakukan hal ini?

Apa kau fikir perasaan ini seperti rumah-rumahan barbie? Yang bisa kau robohkan, dan kau bangun sesukamu dan kapan semaumu, iya?
Apa kau fikir aku ini layang-layang? Yang bisa kau tarik dan ulur sesukamu?
Apa kau tak merasakan kenyamanan sama sekali saat kita saling menggenggam erat tangan untuk saling menguatkan karena kegelapan?

Ah..
Lalu apa artinya kau ucapkan "suatu hari nanti kamu akan tau perasaanku yang sebenarnya", inikah artinya? Perasaanmu yang tak tertuju padaku, dan kamu berjuang untuk dia, kebahagiaanmu yang saat ini mungkin membuatmu lebih nyaman dan meluluhkan rasa kasih sayangmu.

Haruskah aku menangis?
Haruskah aku memaki diriku sendiri yang ternyata salah mengharapkan sosok seperti dirimu?
Haruskah aku meghakimi hati ini karena sudah berani mencintaimu dengan perlahan?

Semoga kau mendengar..
Semoga kau menyadari..
Apa yang aku rasa tak harus kau rasa, karena diabaikan itu sakit. Lebih dari tertusuk ujung tombak..
Semoga kau merasa bahagia, bersama kebahagiaanmu..
Mungkin memang aku yang bodoh, yang terlalu berharap pada sosok yang tak pernah mengharapkan aku..

Twitter: @Lya_cahyanth

0 comments:

Post a Comment