Monday, March 30, 2015

Cinta yang tak terlafalkan

Aku tidak tahu apa yang aku lakukan ini adalah tindakan yang salah atau benar? Aku pernah membaca sebuah kutipan "Semakin dewasa semakin kita menyembunyikan perasaan cinta dari orang lain" dan aku berprinsip pada kutipan tersebut, bahwasannya aku tidak mau perasaanku ke seseorang diketahui oleh orang lain, hanya cukup aku, dia dan Tuhan yang tau. Namun seiring berjalannya waktu, aku terus berpikir, apa aku akan terus menyembunyikan perasaan ini ke orang lain, kepada teman-temanku misalnya.

Alzena adalah seorang gadis yang menarik bagiku, banyak yang mengenalnya karena memang dia gadis yang menarik, baik dan cukup manis, aku menyukainya--sudah cukup lama, tetapi aku lebih memilih menyimpan perasaanku ini dalam-dalam, karena saat itu dia sedang berkekasih. Kini, dia sedang sendiri setelah putus dengan kekasihnya, dan aku masih menunggunya--perasaan itupun muncul kembali, ditambah dia yang sepertinya merespon perasaanku.

Aku tipe orang yang tidak ingin mengecewakan orang lain, terutama orang-orang didekatku, apabila aku mengecewakannya, dgn mati-matian aku akan meminta maaf kepadanya agar dia bisa mempercayai aku lagi.

Lalu, kisah ini berlanjut, aku terus menutupi perasaan ini dari orang-orang, terutama teman-temanku. Dan pada akhirnya ada seseorang temanku -- Henri menyukai Alzena juga, setelah kenal dalam satu grup WhatsApp, aku bisa mengetahui dari tutur katanya apabila Alzena sedang chat dan Henri pun meresponnya dgn kata-kata yang merayu. Bahkan, Alzena pernah memperlihatkan isi BBM antara mereka berdua, dan benar saja, kata-katanya merayu walaupun berupa candaan.

Sialnya, teman-temanku yang lain dalam satu grup WhatsApp tadi mendukung Henri untuk memiliki hati Alzena, mereka tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan Alzena. Bahkan ketika kita berkumpul--untuk mengobrol, temanku yang lain semakin menyemangati Henri untuk semakin dekat dengan Alzena--mereka membicarakan hal itu didepanku. Tentunya seperti yang aku bilang tentang prinsipku, aku memilih diam dan larut dalam obrolan tersebut dan memendam dalam-dalam rasa cemburu, aku tidak mungkin akan berkata yang sebenarnya ke teman-temanku, aku tidak mau merusak pertemanan ini hanya karena memperebutkan seorang wanita, toh aku dan Alzena belum memiliki sebuah hubungan.

Aku dan Alzena membuat kesepakatan, bahwa jangan sampai teman-temanku tau tentang kita, walaupun memang kita tidak ada hubungan apa-apa, tetapi maksudku adalah tentang perasaanku ke dia. Bahkan saat aku, Alzena dan temanku berkumpul, akupun agak menjaga jarak dengan Alzena, bukan karena aku sok, tetapi aku benar-benar tidak ingin teman-temanku mengetahui tentang kita. Dan akupun tidak ingin memakai panggilan khusus kita berdua di grup WhatsApp, karena alasanku tadi, aku tidak ingin mereka mengetahuinya

Bukankah perasaan cemburu itu manusiawi? Ya, itu yang aku rasakan, perasaan cemburu aku tentang pendekatan yang Henri lakukan ke Alzena pun semakin besar. Ada sebuah ketakutan, kalau Alzena akan memilih Henri, karena mereka tampak sangat akrab di grup, dibanding aku yang hanya banyak diam.

Semakin lama aku semakin berfikir, apakah diriku ini pengecut? Apakah yang aku lakukan ini salah? Aku lebih memilih memikirkan tentang perasaan temanku dibanding perasaan aku, apa itu salah? Aku terus berbohong didepan mereka bahwa aku dan Alzena seolah-olah tidak ada sesuatu, dan membiarkan temanku sendiri mengejar apa yang sudah aku kejar sejak lama, sementara aku berhenti mengejarnya demi temanku Henri. Aaku bingung, aku terlalu takut temanku kecewa, walaupun aku juga belum mengetahui apakah Alzena akan memilih aku atau Henri, bahkan bukan keduanya.

Pada saat aku menulis ini, aku sambil bercerita ke Alzena tentang perasaan ini, dia hanya berkata "Let it flow, bee", mungkin dia benar, let it flow tetapi sampai kapan? Menahan cemburu itu tidak mudah, apalagi ke teman sendiri, dimana kita harus memilih, apakah aku harus berbohong dan mengecewakan diriku sendiri, atau aku harus jujur dan mengecewakan temanku? Entahlah, bukankah cinta tidak harus dilafalkan dalam lisan? Aku merasa cinta lebih baik dilafalkan dalam doa, dan dibuktikan dgn perbuatan.



Good night, cher...

J'taime  

0 comments:

Post a Comment