Thursday, November 3, 2016

Kerinduan Dalam Satu Hari

Aku pernah berfikir bahwa ternyata semua pria sama saja. Tapi aku tahu, di kuping Pria pasti akan sangat terbakar ketika mendengarnya. Pernah aku berkata seperti itu, tanpa fikir panjang dan tanpa ancer-ancer untuk mengungkapkannya. Ya, namanya juga wanita yang penuh emosional..

Tapi kali ini berbeda, aku seperti berada dalam gumukan pasir yang teramat panas. Rasanya menyiksa, perih dan sakit. Mengapa? Hmm. Ku kira ketika ditanya mengapa aku akan baik-baik saja ketika ku menjawabnya “gapapa” , tapi ternyata tidak. Aku berkata tak sesuai dengan apa yang hati ini rasakan.

Kau ingat?
Pertama kali kau menyapaku lembut dengan bahasa yang kuanggap itu adalah sapamu yang menyejukkan untukku. Pertama kali kulihat matamu dari dekat dan aku berharap waktu berhenti tak berputar, agar aku mampu menatapmu lebih lama bahkan sampai semesta bosan. Kau merasakannya? Tidak? Pantas. Pantas saja kau pergi diam-diam. Pantas saja kau tak mengabari aku setelah pertemuan pertama itu. Aku fikir aku tak akan pernah bertemu denganmu lagi, tapi ternyata Tuhan menciptakan “Kebetulan”. Kebetulan-kebetulan yang membuat kita saling bertemu, dengan penuh ketidaksengajaan aku berada disampingmu, dan begitu juga denganmu.

Ingin ku putar semisal ada kamera CCTV yang mengintai kita saat itu. Tawa canda pecah yang kita ukir dalam waktu seharian penuh, tanpa beban dan tanpa pengganggu. Aku fikir tawa canda itu akan berlanjut..
Aku fikir indahnya matamu akan bisa kutatap lagi dikemudian hari..
Aku fikir genggam tanganmu yang seolah takut kehilanganku itu nyata..
Ah..
Aku kecewa..
Aku marah dengan diriku sendiri..
Hai, pria melankolis yang genggamannya dingin..
Tadinya aku mulai menuangkan kalimat bahwa pria itu sama saja, tapi aku tak sanggup. Mengapa?
Karna kau beda, beda dengan yang lain. Ya, meski kau tak bertanggung jawab atas perasaan ku yang telah kau lahirkan. Perasaan yang menggebu-gebu ingin terus bersamamu.

Aku terus mencoba untuk memahami, aku masih terus berusaha untuk mengrti apa yang kau cari. Mungkin memang wanita itu yang terbaik. Wanita cantik berwajah oriental, dengan mata sipit, bibir tipis dan senyum yang menawan.

Aku bercermin dan menyadari diri. Mungkin bukan aku yang kau cari..
Tapi, ada satu hal yang aku sesali..
Mengapa aku hanya menikmati senyumanmu hanya satu hari?
Mengapa aku hanya mampu merasakan genggam tanganmu hanya satu hari?
Mengapa aku merasa sebagai tuan putri yang ditemani rajanya hanya satu hari?
Kenapa hanya satu hari, Tuhan?

Oh..
Apa mungkin Kau menciptakan satu hari itu untuk dilupakan?
Mungkin Kau takut bila hamba-Mu ini akan sulit melupakannya kelak bukan? Sama seperti ketika ditinggal pergi oleh pria sebelumnya. Iya kah?

Rinduku semakin memupuk kian hari, semakin merunduk disetiap abad karna tak mampu menopang tegak lagi.
Rindu ini bagai angin, yang hempas hanya sesaat..
Rindu ini bagai hujan, yang turun hanya sebatas untuk membasahi..
Rindu ini bagai detik, yang berjalan dan mudah melaju hingga jam..
Rindu ini berlalu begitu saja,
Tanpa balasan..

Untuk pria yang pernah mengajariku bagaimana caranya bertemu seseorang dengan penuh keramahan..
Aku merindukanmu, merindukan segalanya darimu..
Dan bila kau sanggup..
Akankah kau akan mengulangi satu hari itu kembali?


0 comments:

Post a Comment