Wednesday, November 23, 2016

Rinduku Tak Lekang Oleh Waktu, Ayah

Sajak untuk sosok yang pernah Kau ciptakan untuk menemani kami sebentar..

Kepada sosok yang tak pernah ku lupa paras sempurnanya..

Aku ingin berkeluh kesah. Akankah kau memberikanku waktu sebentar? Untuk sekedar bercerita semasa kau tak menemaniku lagi disini.

Akankah kau meminjamkan pundakmu sesaat? Untuk sekedar bersandar dan tertawa bersama untuk menghempaskan rasa kehilangan yang ada..

Titik keberadaanmu sudak tak terlihat kasat mata lagi..
Keringat lelah dan engah nafasmu sudah tak ku ketahui lagi..

Wahai rajaku yang tak pernah tergantikan,

Kini aku mencoba untuk menjadi sepertimu. Bukan dengan maksud ingin menggantikanmu, aku hanya ingin membahagiakan orang terkasih sama seperti yang kau lakukan saat itu. Dengan jerih payah yang kau bagi disetiap waktunya, paruh waktu yang kau sempatkan untuk berbicara banyak hal kepadaku ketika kau menyandarkan badan tegakmu di sofa kesayanganmu.

Ayah..
Banyak cerita yang kau tuturkan setiap harinya. Banyak harapan yang kau perjuangan untuk orang-orang yang sangat menyayangimu.
Aku tak pernah melupakannya, niat pun tak pernah ada.

Ayah..
Bila kau tau saat ini apa yang ku raih dan ku genggam, kau pasti akan turut bersorak atas semua ini. Sorak gembira bersama kami disini. Kau bisa tebak apa yang aku genggam dan ku raih? Saat ini aku menggenggam beberapa helai kain hitam yang sudah menjadi jahitan dengan bentuk pakaian dengan ukuran lebih besar dari pakaianku biasanya. Saat ini aku meraih gelar, gelar Sarjana Teknik yang kau harapkan sejak lama. Gelar ini tak pernah lepas dari perjuanganmu saat itu, Ayah..

Ingin ku memelukmu, sama seperti kawan-kawanku yang bersorak sorai dengan tangis bahagia dalam pelukan kedua orang tuanya. Hari itu aku hanya memeluk teman hidupmu ayah, orang yang paling berarti dalam hidupku juga, sama sepertimu. Ibu. Iya, Ibu. Hanya Ibu. Aku menyayanginya lebih dari apapun. Orang yang kau cintai sejak dulu sehingga kau dapat memiliki 2 orang anak, aku dan adik. Anak-anak yang ingin selalu memenuhi apa yang kau inginkan dan apa yang membuatmu bangga sepanjang umurmu.

Ayah..
Tak sedikitpun rasa sesalku ada atas kepergianmu. Tapi maaf, kali ini aku memiliki hati jelek. Aku iri, ayah. Aku iri pada mereka. Mengapa tak kau tunggu kami sampai kami benar-benar bisa memenuhi kebahagiaanmu? Aku tak ingin menyalahkan takdir yang t’lah kami lalui. Aku juga tak ingin menyalahkan suratan yang mengaturmu untuk mendahului kami..

Ketika sakit ini menghujam rasa terdalamku, seakan aku tak memiliki rasa semangat sedikitpun untuk membuat duniaku berwarna lagi, aku merasa seperti orang terapuh didunia. Aku seperti orang terlemah dijagat raya ini. Ku lihat di sisi tempat tidurku setiap ku ingin tertidur lelap dalam malam, ada sekotak gambar. Gambar ceria, ceriaaaa sekali. Setiap ingin ku pejamkan mata, ku sempatkan waktuku untuk bercerita pada benda kotak itu. Meski terlihat seperti orang yang bodoh karna berbicara pada benda mati, tapi itulah caraku untuk berbagi cerita keseharianku padamu, ayah. Dengan memandang foto kita berempat, dengan paras bahagia tentunya.

Aku hanya ingin mengatakan atas apa yang terjadi pada hari-hariku setelah kepergianmu..
Dan hanya ingin mengungkapkan rasa banggaku atas semua yang telah aku capai dengan jerih payahmu yang tersisa sampai saat ini.

Terima kasih dalam doaku tak akan pernah habis, ayah..

Rasa rindu dan sayangku yang tak pernah terlupa di setiap bait doaku..

Karna merindukanmu adalah separuh dari rasa semangatku..



Untukmu Ayah..

0 comments:

Post a Comment