Monday, July 23, 2012

Mencintaimu dalam diam

Dear you..

Hari ini cerah meskipun matahari bersembunyi dibalik gumpalan-gumpalan awan yang memenuhi hampir seluruh langit. Angin mengantarkan rasa hangat dan menyentuh kulit dengan lembut. Ah, terlalu naïf jika aku berharap angin hangat yang sama bertiup juga di tempatmu berpijak sekarang. Terlalu jauh perjalanan yang harus ditempuhnya. Dan, bumi yang semakin gersang, angin makin sulit untuk berbisik. Dahulu, ia bisa menyampaikan salam sepasang kekasih yang terpisah antara jarak lewat bisikannya dengan bunga dan dedaunan. Namun, kini ia hanya bisa berdansa dengan debu dan udara panas.

Biarlah..
Biarlah angin yang menyentuhku saat ini tak sanggup pergi ke tempatmu. Biarlah ia menolak membawakan pesan. Cukuplah bagiku alam masih menyediakan segala yang kita butuhkan untuk tetap hidup berharap. Matahari pun masih melaksanakan tugasnya hingga cahayanya membantu dedaunan untuk tetap hidup, menumbuhkan pohon-pohon yang tersisa di tanah subur.

Untuk kamu pemilik mata indah..

Apa kau bahagia hari ini? Dengan kecukupan udara untuk membantumu bernafas, dengan kesempurnaan tubuh yang kau miliki, dengan orang-orang yang menyayangimu tanpa pamrih, dengan lindungan Tuhan yang menjaga langkahmu tiap hari. Apakah kau bahagia? Aku tahu kau sebenarnya bahagia karena kebahagiaan itu sebenarnya sederhan. Tapi apakah kau bahagia dalam kesendirianmu?

Setiap aku memandang senyum di fotomu, aku melihat kebebasan terpancar disinar matamu. Bebas, tak terikat, kau menjelajah sesuka hati. Satu persatu teman dan sahabat menambatkan perahu mereka dan berhenti bertualang, sementara kau masih bermain dengan tanah, ombak, dan matahari. Tak terpikirkankah olehmu, bahwa ada seseorang tengah merindumu, menunggumu berlabuh? Tak adakah keinginan untuk melalui semua petualangan itu dengan seseorang disampingmu?

Kamu yang memiliki wajah rupawan, sedang dimanakah kau saat ini?

Seringkali aku memejamkan mata, berusaha menjangkaumu dalam pikiranku. Sungguh aku ingin percaya bahwa pikiran adalah sebuah gelombang yang bergerak dalam frekuensi tertentu. Dan, berharap kau memiliki frekuensi yang sama hingga gelombang pikiran kita bertemu di semesta. Tak peduli di belahan bumi mana pun kau berada, aku bisa memanggilmu.

Terkadang, aku begitu ingin menghubungimu. Menekan angka demu angkadi keypad, lalu menekan tombol “Call”. Menekan huruf demi huruf di keyboard, lalu menekan tombol “Send”. Tapi, rasa malu seorang perempuan selalu menghalangiku begitu rupa hingga semua selalu berujung “Cancel”.

Ah, kau yang memiliki senyuman manis..

Terkadang aku menyesali, kenapa itik kecil buruk rupa sepertiku ini menginginkan burung elang yang terbang gagah diangkasa sepertimu untuk berada disisiku? Meski kau tak pernah merendahkanku, tetap saja keterbatasanku menghalangiku untuk meraihmu. Sementara itu, kau bisa memperoleh seseorang yang hampir sempurna untuk melengkapi setengah bagian dari hidupmu.

Kisah cintaku memang hanya mengulang kisah cinta renta. Tapi alangkah rumitnya manusia, hanya untuk mengekspresikan kasih sayang saja harus melalui banyak tahap dalam pikiran. Terkadang, mereka menyiksa diri dalam diam dan menyerah, bertanya tanya dimanakah keberanian akan ditemukan.

Semua kenangan bersamamu akhirnya menjadi amat berharga. Maka, aku kembali mencari jejakmu yang hampir hilang dilapis debu waktu. Setitik kecil tulisan, sepetak gambar foto, sepotong demi sepotong ingatan tentang kata-kata yang pernah kau ucapkan, senyum yang pernah kau berikan, bahkan ejekan dan godaanmu kukumpulkan kembali. Semakin jelas semuanya terbentuk. Semakin aku sadar bahwa dibalik segala kehebatanmu, kau begitu apa adanya. Tak ada kata-kata berlebihan, tak ada ekspresi palsu. Perhatianmu padaku pun bukanlah sikap yang dibuat-buat.

Wahai kau yang membahagiakan aku..

Aku menjalani pilihan demi pilihan yang kubuat selama rentang waktu yang terbentang sepanjang umurku. Aku tak meminta agar waktu dapat diulang. Aku lebih suka waktu yang mengalir apa adanya. Namun saat memikirkanmu,waktu seolah-olah bergerak begitu lambat dan enggan beranjak hingga sepi mendera lebih lama. Tapi disatu titik waktu, takdir akan berbicara tentang kita, memberitahu keputusan yang telah dibuat-Nya jauh sebelum kita dilahirkan. Apakah aku dibuat dari tulang rusukmu?

Kesabaran adalah jawaban terbaik yang bisa dimiliki setiap makhluk penuh tanya bernama manusia. Di suatu tempat dalam hati, aku meyakini dunia mesih cukup sempit untuk mempertemukan kita kembali. Entah apa yang akan terjadi. Aku mungkin serasa bermimpi dan tak ingin bangun.

Jika Tuhan mengizinkan, apapun bisa terjadi bukan?

Entah kata-kata ini sampai atau tidak di benak hatimu, aku hanya ingin kau tahu.

Dalam diamku, aku berdoa agar kuasa-Nya akan membuatmu datang mengetuk pintuku dan mengatakan kau pun membutuhkanku dalam hidupmu..

Dari aku yang tak pernah mampu mengungkapkan apa yang kurasa,
Karena aku takut disaat kau tahu, kau akan diam kemudian pergi dari kehidupanku..

0 comments:

Post a Comment