Monday, June 3, 2013

Merelakan lebih Baik (The End)



“sebenarnya untuk hal ini aku sulit sabar. Aku sulit jatuh cinta, sekalinya jatuh cinta pasti ujungnya takkan pernah menyatu atau bertepuk sebelah tangan”, terang Nuri.

“*pukpuk* Nuri ^_^ suatu saat pasti mereka merasakan bagaimana perasaan kamu kok”, jawab Messi.

Sudah terbiasa memang pemandangan di kelas setiap harinya yang menyakitkan untuk Nuri nikmati. Namun Nuri masih tetap diam dalam mencintai sosok Petra. Teman-teman wanita Nuri terkadang kesal dengan sosok Vila, sahabatnya. Karena menurut mereka, Vila itu entah tahu dirinya berada dimana dan entah kemana jalan fikirnya hingga sosok pria yang disukai sahabat sendiri pun didekatinya. Terkadang temen-teman wanita Nuri juga meletuskan omongan pedas terhadap ketidakpekaan Petra dihadapan Petra sendiri, namun Petra hanya memberikan senyum canda pada mereka (entah apa maksudnya).

“Vila sudah sering di antar-jemput Petra ya?” tanya Fina pada Nuri yang entah sedang memperhatikan presentasi atau sedang melamun, karena tatap matanya kosong dan tak berkedip. 

“hey..” kaget Fina pada Nuri.

“apa sih? Ngagetin aja..” ucap Nuri.

“Petra sering antar-jemput Vila?” tanya Fina.

“entahlah, aku tak mengurusi urusan mereka.. untuk apa? Tak ada gunanya juga..” jawab Nuri.

“tadi pagi Petra hampir telat sebelum presentasi ini, dia bilang bahwa dia telat karna kelamaan menunggu Vila..”  jelas Fina.

“ooh gitu” jawab singkatnya.
“kau tak cemburu atau marah pada Vila sebagai sahabatmu sendiri?” tanya Fina.

“untuk apa aku cemburu dan marah pada Vila? Kalaupun aku cemburu dan marah pada Vila pasti aku ini orang terbodoh didunia ini. Aku ini bukan siapa-siapa dari Petra, Fin. Aku pasti lebih terlihat bodoh bila aku benar-benar marah padanya.” jelas Nuri.

“setidaknya Vila itu sahabatmu, seharusnya dia mengerti bagaimana perasaanmu” jawab Fina kesal.

“perasaanku biar aku yang rasa, sakitku biar aku yang rasa. Tak usah diberi ke orang lain, karena ini memang sakit untuk dirasakan” jawab Nuri.

“tapi mereka tak pernah peka dengan celetusan-celetusan kita yang sering menyindir mereka” jawab Fina semakin kesal.

“sudahlah..” jawab Nuri, lalu terdiam.

Saat jam perkuliahan sedang senggang, memang seringkali pemandangan yang sangat tak enak dipandang bagi Nuri itu telihat di sudut kelas. Pemandangan yang dimana terkadang Petra terlihat memperhatikan Vila, begitu pun juga sebaliknya.

“mereka memberi kenyamanan satu sama lain, wajar mereka sedekat itu ^_^” “, bicara Nuri pada diri sendiri dengan binder dan ballpoint yang berada di genggamannya.

“tidak seharusnya aku memiliki perasaan seperti ini, padahal Petra sendiri lebih nyaman dengan sahabatku”, biacaranya lagi.

“kamu kenapa? Merenungi hal ini (lagi)?” tanya Messi yang ternyata mendengar Nuri bicara bernada pelan tadi.
 
“tidak, hehe.. kamu udah makan? Aku lapar”, jawab Nuri.

“tak usah mengelak, matamu berbicara tuh” tunjuk Messi.

“sudahlah, aku sudah melupakan semuanya dan perasaan yang ada. Tak sepantasnya aku seperti ini” jawab Nuri.

Kesendirian memang membuat Nuri selalu bersikap dewasa untuk menghadapinya. Kesepian yang sudah biasa dilampaui Nuri mungkin sudah mengajarkan untuk membebaskan segala hal yang memang tak baik untuk dipaksakan.
Nuri nyaman berteman dengan hampa, kekosongan yang menghampiri tidak banyak memberikan rasa sakit dalam hatinya. Malah terkadang kekosongan seperti memutarkan film masa lalu yang dijadikan sebagai pembelajaran ke depannya.


“aku sadar memang bagaimana ketidaksempurnaanku menjadi sosok wanita yang mengagumi pria seperti Petra, aku juga harus tahu diri bagaimana bersikapku agar tidak meracuni kebahagiaan Petra. Petra terlihat nyaman bersama Vila. Mungkin mereka memang saling suka, sorot mata mereka beradu untuk saling berada dalam kenyamanan yang dalam”


“terkadang cinta memang datang disaat yang kurang tepat atau bahkan tidak tepat sekalipun, namun cinta mengajarkan segala hal. Mengajarkan untuk saling merelakan, saling melepaskan, demi kebahagiaan orang yang dicintainya”


Twitter: Lya_cahyanth
Lya-nurcahya.blogspot.com

0 comments:

Post a Comment