Tuesday, August 27, 2013

Kenyamanan berbuah "Cinta"



Gemerusuk suara tempat empuk nan penuh boneka, ya.. dimana lagi kalau bukan dikamarku. Tempat yang ku anggap ternyaman sedunia, yang mampu merampok segala semangatku dan membuat aku bermalas-malasan di tempat itu. Suasana kamar memang tak asing lagi, sangat kenal dekat, saaaaaangat dekat..

Sejenak melirik gadget yang baru saja ku cabut dari kabel pengisian dayanya. Ku nyalakan dan ku buka kuncinya. Ah, (kecewa) rasanya. Lagi-lagi tak ada pesan masuk. Ah, lucunya. Aku kan tak punya kesayangan, wajar saja bila gadget sepi. 

Aku terbangun beranjak ke koridor untuk menghirup segarnya pagi, menatap indahnya mentari yang masih terlihat pucuk cahayanya seperti malu untuk tampak dibalik langit yang masih biru kegelapan.

Naluriku sejenak seperti beradu, menimbulkan percakapan demi percakapan dengan diriku sendiri. Mengenai persahabatan, mengenai perasaan yang muncul mungkin karena terbiasa, mengenai sikap diam-diam yang ku ciptakan agar tak ada seorang pun yang tau, dan mengenai pengabaian (lagi).

Srekkk! Suaraku duduk diatas genting dengan menaruh kedua tanganku ke lutut, dan menciptakan posisi nyaman dan tenang sambil memandangi sejuknya langit.

Fikiranku melayang..
Seseorang seperti muncul ditengah gelapnya langit di pagi itu, dengan wajah manis dan perawakan tinggi tegap. Sebut saja Taksaka, iya dia sahabatku. Salah satu sahabat terbaikku di kampus. Yang selalu mengerti perempuan, selalu bersikap manis pada perempuan, dan mungkin banyak perempuan yang terlena akan sikap perhatiannya dan menganggap lebih perhatiannya itu.

Pernah di suatu saat, saat diri ini butuh kehangatan. Dimana suasana saat itu sangatlah dingin mencekam, maklum saja saat itu sedang berada di Kota Malang. Kita sedang berlibur, ya aku, Taksaka, Parah dan Bima. Kami bersahabat sejak pertemuan kelas di kampus. Kita berlibur di Malang, mengelilingi tempat wisata Kota Malang tepatnya. Saat itu kita pulang sangat larut, jam 1 dini hari tepatnya. Di perjalanan sudah agak sepi, namun masih ada saja orang yang berlalu lalang. Udara dingin berhasil merasuk membius pori-pori kulitku menembus jaket yang aku kenakan.

“dingin ya ca?” tanya Taksaka. Ya, namaku Sancaka dan biasa dipanggil dengan sebutan “Nca”. Saat itu aku dibonceng Taksaka menggunakan sepeda motor, sedangkan Parah dibonceng Bima. Parah dan Bima berada jauh di belakangku.
“iya Sak, lo gak ngerasa dingin apa? Lo kan didepan” balasku.
“dingin juga lah, kalo lo kedinginan peluk aja ya”
“ha?”
“iya peluk, peluk knalpot maksudnya haa..haa..haa..”
“iya ya, langsung panas yaa Sak -,- rese lo gak ilang-ilang ya huh”
“haa..haa.. yaudah tangan lo masukin ke kantong jaket gua aja biar ngurangin dinginnya”
“becanda lagi ga nih?”
“engga lah, daripada lo sakit nanti ca. Masa sakit sih, kan ga seru..”
“ooh oke, makasi Saka ganteeeeng..” cubitku dan kemudian memasukkan kedua tanganku kedalam saku jaketnya.

Sikap Saka ini memang sangat sweet padaku. Dia memiliki prinsip kalau menyikapi perempuan itu harus lembut dan halus. Ya seperti tadi yang ku bilang, banyak perempuan yang menyalahartikan perhatiannya. Aku sendiri termasuk perempuan yang sangat nyaman dengannya. Bagaimana tidak? Tiap kali aku membutuhkan apa yang berhubungan dengan kenyamanan, dia pasti hadir untuk melengkapi. Ah, sial. Saka pun memiliki gebetannya sendiri, Azkia namanya. Tapi entah Azkia memiliki perasaan yang sama atau tidak padanya. Logat bicara Saka memang agak jutek, tapi juteknya itu yang membuat cool sendiri dilihatnya.

Ada lagi saat aku sedang sakit karena lenganku patah akibat menabrak trotoar. Saat makan siang, Saka datang membawa makanan untukku.

“nih makan!” suruh Saka.
“lo nyuruh siapa? Pembantu apa gua? Hih” ketusku.
“yaudah si yaudah, gitu aja ngambek. Jelek lo ah, makan nih”
“asikkk daaah makan, haha tau aja lo kalo gua lagi laper”
“haa..haa.. iya dong, bisa makannya gak? Itu tangan lo luka begitu, sini gua suapin aja ya”
“asikkk lagi haa..haa.. yaudah iya”

Disetiap suapan-suapannya sesekali aku memandang matanya, melihat ketulusan dan kepeduliannya padaku. “Ah, sial” gerutuku dalam hati. Seringkali Saka membuat aku seolah seperti perempuan paling beruntung didunia ini, tapiii???? Ah! Aku berfikir ulang lagi, dia mengejar Azkia. Huh aku kan hanya sahabatnya -,-

Semakin lama semakin ada saja hasrat yang menggebu-gebu dalam hati. Setiap isengan Saka, setiap senyuman yang diberikan darinya, setiap kenyamanan yang diberikan darinya juga itu membuat aku yang semakin lama merasakan hal yang aneh dan selalu bergetar dihati. Cinta! Ah, cinta lagi.

Aku yakin aku akan diabaikan saat aku jujur akan hal ini. Entah keyakinanku itu benar ataupun tidak, tapi aku tetap tidak ingin kedekatan dan kenyamananku ini hilang. Aku selalu memberikan solusi terbaik dan semoga membuatnya bahagia saat ia bercerita tentang Azkia. Aku berusaha menutupi segala perasaan yang ada. Aku tak boleh egois, dan aku akan mengutamakan kebahagiaannya.

 “Ncaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa mandi, kuliah” teriak Ibuku memanggil dari lantai bawah yang membuyarkan segala lamunan dan pandanganku.

Saka???..
Ah!

Tuhan, salahkah aku ini?
Terdiam atas segala perasaan yang mungkin takkan pernah terwujud. Mungkin.

Twitter: @Lya_cahyanth

0 comments:

Post a Comment